Selasa, 13 Januari 2015

Kisah Nabi Ayyub a.s


ﺑﺴﻢ ﺍﻟﻠﻪ ﺍﻟﺮﺣﻤﻦ ﺍﻟﺮﺣﻴﻢ
Nabi Ayyub ‘alaihis salam adalah seorang nabi yang mulia yang nasabnya sampai kepada Nabi Ibrahim ‘alaihis salam. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
ﻭَﻣِﻦ ﺫُﺭِّﻳَﺘِﻪِ ﺩَﺍﻭُﺩَ ﻭَﺳُﻠَﻴْﻤَﺎﻥَ ﻭَﺃَﻳُّﻮﺏَ ﻭَﻳُﻮﺳُﻒَ
ﻭَﻣُﻮﺳَﻰ ﻭَﻫَﺎﺭُﻭﻥَ ﻭَﻛَﺬَﻟِﻚَ ﻧَﺠْﺰِﻱ ﺍﻟْﻤُﺤْﺴِﻨِﻴﻦَ
“Dan kepada sebagian dari keturunannya (Ibrahim)
Yaitu Dawud, Sulaiman, Ayyub, Yusuf, Musa dan
Harun. Demikianlah Kami memberi balasan kepada
orang-orang yang berbuat baik. ” (QS. Al An’aam: 84)
Sebelumnya Nabi Ayyub memiliki harta yang banyak
dengan bermacam jenisnya, seperti: hewan ternak,
budak, dan tanah. Ia juga memiliki istri yang saleh
dan keturunan yang baik. Allah Subhanahu wa
Ta’ala ingin mengujinya, dan Allah apabila mencintai
suatu kaum, maka Dia menguji mereka, barangsiapa
yang ridha dengan ujian tersebut, maka dia
mendapatkan keridhaan-Nya dan barangsiapa yang
marah terhadap ujian tersebut, maka dia
mendapatkan kemurkaan-Nya (sebagaimana dalam
hadis yang diriwayatkan oleh Tirmidzi dan Ibnu
Majah, dihasankan oleh Syaikh Al Albani dalam
Shahihul Jami’ no. 2110).
Ayyub adalah orang yang sabar dalam menghadapi
ujian tersebut, hartanya yang banyak habis, anak-
anaknya meninggal dunia, semua ternaknya binasa,
dan Nabi Ayyub ‘alaihis salam sendiri menderita
penyakit yang sangat berat, tidak ada satu pun dari
anggota badannya kecuali terkena penyakit selain
hati dan lisannya yang ia gunakan untuk berdzikir
kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Dalam menghadapi musibah itu, ia tetap bersabar
dan mengharap pahala, serta berdzikir di malam dan
siang, pagi dan petang.
Hari pun berlalu, namun tidaklah berlalu hari itu
kecuali penderitaan Ayyub semakin berat, dan saat
penderitaan yang dialaminya semakin berat, maka
kerabatnya menjauhinya, demikian pula kawan-
kawannya, tinggallah istrinya yang sabar
mengurusnya dan memenuhi haknya. Istrinya terus
mengurusnya, dan memenuhi keperluannya, sampai
ia rela bekerja dengan upah tidak seberapa untuk
menafkahi suaminya.
Ayyub terus merasakan sakitnya, namun ia tetap
sabar sambil mengharap pahala dari Allah
Subhanahu wa Ta’ala, memuji-Nya dan bersyukur
kepada-Nya, sehingga jadilah Ayyub sebagai imam
dan teladan dalam kesabaran.
Abu Ya’la dan Al Bazzar meriwayatkan dari Anas bin
Malik, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda,
‏«ﺇِﻥَّ ﻧَﺒِﻲَّ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﺃَﻳُّﻮﺏَ ﻛَﺎﻥَ ﻓِﻲ ﺑَﻠَﺎﺋِﻪِ ﺛَﻤَﺎﻧِﻲَ
ﻋَﺸْﺮَﺓَ ﺳَﻨَﺔً، ﻓَﺮَﻓَﻀَﻪُ ﺍﻟْﻘَﺮِﻳﺐُ ﻭَﺍﻟْﺒَﻌِﻴﺪُ ﺇِﻟَّﺎ
ﺭَﺟُﻠَﺎﻥِ ﻣِﻦْ ﺇِﺧْﻮَﺍﻧِﻪِ، ﻛَﺎﻧَﺎ ﻣِﻦْ ﺃَﺧَﺺِّ ﺇِﺧْﻮَﺍﻧِﻪِ
ﻛَﺎﻧَﺎ ﻳَﻐْﺪُﻭَﺍﻥِ ﺇِﻟَﻴْﻪِ ﻭَﻳَﺮُﻭﺣَﺎﻥِ ﺇِﻟَﻴْﻪِ، ﻓَﻘَﺎﻝَ
ﺃَﺣَﺪُﻫُﻤَﺎ ﻟِﺼَﺎﺣِﺒِﻪِ: ﺗَﻌْﻠَﻢُ ﻭَﺍﻟﻠَّﻪِ ﻟَﻘَﺪْ ﺃَﺫْﻧَﺐَ
ﺃَﻳُّﻮﺏُ ﺫَﻧْﺒًﺎ ﻣَﺎ ﺃَﺫَﻧَﺒَﻪُ ﺃَﺣَﺪٌ. ﻗَﺎﻝَ ﺻَﺎﺣِﺒُﻪُ: ﻭَﻣَﺎ
ﺫَﺍﻙَ؟ ﻗَﺎﻝَ: ﻣُﻨْﺬُ ﺛَﻤَﺎﻧِﻲَ ﻋَﺸْﺮَﺓَ ﺳَﻨَﺔً ﻟَﻢْ
ﻳَﺮْﺣَﻤْﻪُ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﻓَﻴَﻜْﺸِﻒُ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﻋَﻨْﻪُ. ﻓَﻠَﻤَّﺎ ﺭَﺍﺣَﺎ
ﺇِﻟَﻴْﻪِ، ﻟَﻢْ ﻳَﺼْﺒِﺮِ ﺍﻟﺮَّﺟُﻞُ ﺣَﺘَّﻰ ﺫَﻛَﺮَ ﺫَﻟِﻚَ ﻟَﻪُ،
ﻗَﺎﻝَ ﺃَﻳُّﻮﺏُ: ﻣَﺎ ﺃَﺩْﺭِﻱ ﻣَﺎ ﺗَﻘُﻮﻝُ، ﺇِﻟَّﺎ ﺃَﻥَّ ﺍﻟﻠَّﻪَ
ﻳَﻌْﻠَﻢُ ﺃَﻧِّﻲ ﻛُﻨْﺖُ ﺃَﻣُﺮُّ ﻋَﻠَﻰ ﺍﻟﺮَّﺟُﻠَﻴْﻦِ ﻳَﺘَﻨَﺎﺯَﻋَﺎﻥِ
ﻓَﻴَﺬْﻛُﺮَﺍﻥِ ﺍﻟﻠَّﻪَ، ﻓَﺄَﺭْﺟِﻊُ ﺇِﻟَﻰ ﺑَﻴْﺘِﻲ ﻓَﺄُﻛَﻔِّﺮُ
ﻋَﻨْﻬُﻤَﺎ، ﻛَﺮَﺍﻫِﻴَﺔَ ﺃَﻥْ ﻳُﺬْﻛَﺮَ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﺇِﻟَّﺎ ﻓِﻲ ﺣَﻖٍّ.
ﻗَﺎﻝَ: ﻭَﻛَﺎﻥَ ﻳَﺨْﺮُﺝُ ﺇِﻟَﻰ ﺣَﺎﺟَﺘِﻪِ، ﻓَﺈِﺫَﺍ ﻗَﻀَﻰ
ﺣَﺎﺟَﺘَﻪُ ﺃَﻣْﺴَﻜَﺖِ ﺍﻣْﺮَﺃَﺗُﻪُ ﺑِﻴَﺪِﻩِ ﺣَﺘَّﻰ ﻳَﺒْﻠُﻎَ،
ﻓَﻠَﻤَّﺎ ﻛَﺎﻥَ ﺫَﺍﺕَ ﻳَﻮْﻡٍ ﺃَﺑْﻄَﺄَ ﻋَﻠَﻴْﻬَﺎ، ﻭَﺃُﻭﺣِﻲَ ﺇِﻟَﻰ
ﺃَﻳُّﻮﺏَ ﻓِﻲ ﻣَﻜَﺎﻧِﻪِ ﺃَﻥِ } ﺍﺭْﻛُﺾْ ﺑِﺮِﺟْﻠِﻚَ ﻫَﺬَﺍ
ﻣُﻐْﺘَﺴَﻞٌ ﺑَﺎﺭِﺩٌ ﻭَﺷَﺮَﺍﺏٌ { ‏[ ﺹ42 :‏] ﻓَﺎﺳْﺘَﺒْﻄَﺄَﺗْﻪُ
ﻓَﺘَﻠَﻘَّﺘْﻪُ ﻳَﻨْﺘَﻈِﺮُﻭﺍ، ﻭَﺃَﻗْﺒَﻞَ ﻋَﻠَﻴْﻬَﺎ ﻗَﺪْ ﺃَﺫْﻫَﺐَ
ﺍﻟﻠَّﻪُ ﻣَﺎ ﺑِﻪِ ﻣِﻦَ ﺍﻟْﺒَﻠَﺎﺀِ ﻭَﻫُﻮَ ﻋَﻠَﻰ ﺃَﺣْﺴَﻦِ ﻣَﺎ
ﻛَﺎﻥَ، ﻓَﻠَﻤَّﺎ ﺭَﺃَﺗْﻪُ ﻗَﺎﻟَﺖْ: ﺃَﻱْ ﺑَﺎﺭَﻙَ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﻓِﻴﻚَ،
ﻫَﻞْ ﺭَﺃَﻳْﺖَ ﻧَﺒِﻲَّ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﻫَﺬَﺍ ﺍﻟْﻤُﺒْﺘَﻠَﻰ؟ ﻭَﻭَﺍﻟﻠَّﻪِ
ﻋَﻠَﻰ ﺫَﻟِﻚَ ﻣَﺎ ﺭَﺃَﻳْﺖُ ﺃَﺣَﺪًﺍ ﺃَﺷْﺒَﻪَ ﺑِﻪِ ﻣُﺬْ ﻛَﺎﻥَ
ﺻَﺤِﻴﺤًﺎ ﻣِﻨْﻚَ. ﻗَﺎﻝَ: ﻓَﺈِﻧِّﻲ ﺃَﻧَﺎ ﻫُﻮَ. ﻭَﻛَﺎﻥَ ﻟَﻪُ
ﺃَﻧْﺪَﺭَﺍﻥِ: ﺃَﻧْﺪَﺭُ ﻟِﻠْﻘَﻤْﺢِ ﻭَﺃَﻧْﺪَﺭُ ﻟِﻠﺸَّﻌِﻴﺮِ، ﻓَﺒَﻌَﺚَ
ﺍﻟﻠَّﻪُ ﺳَﺤَﺎﺑَﺘَﻴْﻦِ، ﻓَﻠَﻤَّﺎ ﻛَﺎﻧَﺖْ ﺇِﺣْﺪَﺍﻫُﻤَﺎ ﻋَﻠَﻰ
ﺃَﻧْﺪَﺭِ ﺍﻟْﻘَﻤْﺢِ ﻓَﺮَّﻏَﺖْ ﻓِﻴﻪِ ﺍﻟﺬَّﻫَﺐَ ﺣَﺘَّﻰ ﻓَﺎﺽَ،
ﻭَﺃَﻓْﺮَﻏَﺖِ ﺍﻟْﺄُﺧْﺮَﻯ ﻋَﻠَﻰ ﺃَﻧْﺪَﺭِ ﺍﻟﺸَّﻌِﻴﺮِ ﺍﻟْﻮَﺭِﻕَ
ﺣَﺘَّﻰ ﻓَﺎﺽَ‏» .“ ‏(ﻗﺎﻝ ﺍﻟﻬﻴﺜﻤﻲ: ﺭَﻭَﺍﻩُ ﺃَﺑُﻮ
ﻳَﻌْﻠَﻰ ﻭَﺍﻟْﺒَﺰَّﺍﺭُ، ﻭَﺭِﺟَﺎﻝُ ﺍﻟْﺒَﺰَّﺍﺭِ ﺭِﺟَﺎﻝُ
ﺍﻟﺼَّﺤِﻴﺢِ ‏).
“Sesungguhnya Nabi Allah Ayyub mendapat cobaan
selama delapan belas tahun, sehingga orang dekat
dan jauhnya menjauhinya selain dua orang saudara
akrabnya yang sering menjenguk di pagi dan sore.
Lalu salah satunya berkata kepada yang lain,
“Engkau tahu, demi Allah, dia telah melakukan dosa
yang belum pernah dilakukan oleh seorang pun.”
Kawannya berkata, “Dosa apa itu?” Ia menjawab,
“Sudah delapan belas tahun Allah tidak
merahmatinya dengan menghilangkan cobaan itu.”
Saat keduanya menjenguknya di sore hari, maka
salah satunya tidak sabar sehingga menyampaikan
masalah itu kepadanya. Ayyub berkata, “Aku tidak
tahu apa yang kamu katakan, hanya saja Allah
mengetahui bahwa aku pernah melewati dua orang
laki-laki yang bertengkar, lalu keduanya menyebut
nama Allah, kemudian aku pulang ke rumahku dan
membayarkan kaffarat untuk keduanya karena aku
tidak suka kedua orang itu menyebut nama Allah
untuk yang tidak hak.”
Beliau juga bersabda, “Nabi Ayyub keluar jika hendak
buang hajat. Apabila ia telah selesai buang hajat,
maka istrinya menuntunnya sampai ke tempat buang
hajat. Suatu hari Nabi Ayyub terlambat dari istrinya,
dan diwahyukan kepada Nabi Ayyub di tempatnya,
“Hantamkanlah kakimu, inilah air yang sejuk untuk
mandi dan untuk minum.” (QS. Shaad: 42)
Istrinya menunggunya cukup lama, dia menjumpai
Ayyub sambil memperhatikannya sedang berjalan ke
arahnya, sementara Allah telah menghilangkan
penyakitnya, dan Nabi Ayyub dalam keadaan lebih
tampan daripada sebelumnya. Saat istrinya melihat,
istrinya langsung berkata, “Semoga Allah
memberkahimu, apakah engkau melihat Nabi Allah
yang sedang diuji ini? Demi Allah, aku tidak melihat
seorang pun yang lebih mirip ketika sehat daripada
kamu?” Ayyub menjawab, “Akulah orangnya.”
Ayyub memiliki dua tumpukan gandum, yang satu
untuk gandum dan yang satu lagi untuk jewawut,
lalu Allah mengirimkan dua awan. Saat salah satu
dari awan itu berada di atas tumpukan gandum,
awan itu menumpahkan emas sehingga melimpah
ruah, sedangkan awan yang satu lagi menumpahkan
perak ke tumpukan jewawut sehingga melimpah
ruah.” (Al Haitsamiy berkata, “Diriwayatkan oleh Abu
Ya’la dan Al Bazzar. Para perawi Al Bazzar adalah
para perawi hadis shahih.” Hadis ini juga
dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Ash
Shahiihah, 1:25)
Nabi Ayyub Sembuh dari Sakit
Setelah berlalu sekian lama, yaitu delapan belas
tahun seperti yang diterangkan dalam hadis di atas,
maka Ayyub memohon kepada Tuhannya agar
menghilangkan derita yang menimpanya, ia berkata,
ﻭَﺃَﻳُّﻮﺏَ ﺇِﺫْ ﻧَﺎﺩَﻯ ﺭَﺑَّﻪُ ﺃَﻧِّﻲ ﻣَﺴَّﻨِﻲَ ﺍﻟﻀُّﺮُّ ﻭَﺃَﻧﺖَ
ﺃَﺭْﺣَﻢُ ﺍﻟﺮَّﺍﺣِﻤِﻴﻦَ
“(Ya Tuhanku), Sesungguhnya aku telah ditimpa
penyakit dan Engkau adalah Tuhan yang Maha
Penyayang di antara semua Penyayang.” (QS. Al
Anbiyaa': 83)
Maka Allah mewahyukan kepada Ayyub agar
menghentakkan kakinya ke tanah, lalu Ayyub
melakukannya, tiba-tiba memancarlah air yang sejuk,
kemudian ia mandi daripadanya, lalu Ayyub sembuh
dengan izin Allah ‘Azza wa Jalla. Tidak ada satu
pun luka dan penyakit yang dirasakannya kecuali
sembuh seluruhnya, ia juga meminum air itu,
sehingga tidak ada satu penyakit yang ada dalam
tubuhnya kecuali keluar dan dirinya kembali sehat
seperti sebelumnya sebagai orang yang rupawan.
Allah Subhanahu wa Ta’ala telah menghilangkan
penyakit yang menimpa Ayyub dan jasadnya kembali
sehat, Dia juga memberikan kekayaan lagi
kepadanya, mengembalikan harta dan anaknya. Allah
Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
ﻭَﺀَﺍﺗَﻴْﻨَﺎﻩُ ﺃَﻫْﻠَﻪُ ﻭَﻣِﺜْﻠَﻬُﻢ ﻣَّﻌَﻬُﻢْ ﺭَﺣْﻤَﺔً ﻣِّﻦْ
ﻋِﻨﺪِﻧَﺎ ﻭَﺫِﻛْﺮَﻯ ﻟِﻠْﻌَﺎﺑِﺪِﻳﻦَ
“Dan Kami kembalikan keluarganya kepadanya, dan
Kami lipatgandakan bilangan mereka, sebagai suatu
rahmat dari sisi Kami dan untuk menjadi peringatan
bagi semua yang menyembah Allah.” (QS. Al
Anbiyaa': 84)
Demikianlah, Allah Subhanahu wa Ta’ala menjadikan
Ayyub sebagai teladan dalam kesabaran yang patut
ditiru.
Selesai dengan pertolongan Allah dan taufiq-Nya, wa
shallallahu ‘alaa nabiyyinaa Muhammad wa ‘alaa
aalihi wa shahbihi wa sallam.
Oleh: Marwan bin Musa
Maraaji’:
Al Qur’anul Karim
Hidayatul Insan bitafsiril Qur’an (Abu Yahya
Marwan)
Mausu’ah Al Usrah Al Muslimah (dari situs
www.islam.aljayyash.net)
Shahih Qashashil Anbiya’ (Ibnu Katsir, takhrij
Syaikh Salim Al Hilaaliy)
dll.
Artikel www.KisahMuslim.com

Senin, 25 Juni 2012

Orangtua atau Bos di Rumah?


Ayah Bunda, dalam diri anak-anak Anda bisa jadi ada darah Anda. Hanya saja, tidak semua orangtua jadi orangtua sebenarnya untuk anak-anaknya, tapi hanya menjadi Bos Anak, yakni menjadi Bos di Rumah untuk anak-anaknya. 

Mungkin ini perbedaan antara Bos Anak dan Orang tua, sbb :

Bos Anak, membuat takut dalam diri anak-anaknya
Orangtua membangun kepercayaan anak-anak nya

Bos Anak sering mengatakan "Pokoknya Mama Papa Tidak Mau...."
Orangtua sering mengatakan "Mama Papa Sangat Senang Jika Kamu...."
Bos Anak sangat tahu bagaimana mengatur anak
Orangtua sangat tahu bagaimana membina anak

Bos Anak selalu mengendalikan anak
Orangtua membantu anak mengendalikan dirinya sendiri

Bos Anak berfokus pada keburukan anak
Orangtua berfokus pada kebaikan anak

Bos Anak bicara pada saat anak berantem
Orangtua bicara pada saat anak rukun

Bos Anak menguasai anak
Orangtua bekerjasama dengan anak

Bos Anak menyelesaikan hampir semua masalah anak
Orangtua melatih anak menyelesaikan masalahnya sendiri

Bos Anak sangat lihai menyalahkan saat anak bermasalah, mundur ke belakang
Orangtua rendah hati menemukan solusi bersama saat anak bermasalah, maju ke depan

Bos Anak mengatakan "lain kali jangan kayak gitu!" saat anak minta maaf
Orangtua mengatakan "Subhanallah, alhamdulillah, anak Mama Papa berlapang dada meminta maaf"

Bos Anak itu otoriter pada anak
Orangtua itu otoritatif pada anak

Bos Anak nonton tv pada saat anak belajar
Orangtua mematikan tv pada saat anak belajar

Bos Anak selalu menanyakan 'bagaimana pelajaran kamu hari ini? Bagaimana nilaimu?'
Orangtua menanyakan 'apa yang membuatmu tertawa hari ini di sekolah nak?'

Bos anak menceramahi anak 'mama papa bilang apa, kamu sih banyak main, nilaimu jadi jelek begini, prestasimu turun!'
Orangtua bicara dengan anak 'mama papa yakin kamu kecewa dan sedih dengan nilai belajarmu. Adakah yang bisa mama papa bantu agar nilaimu jadi lebih baik?'

Bos anak mengusir anak saat pulang kerja 'sana jangan dekat-dekat, kamu tau mama papa kan cape!'
Orangtua merengkuh anak saat pulang kerja 'sini anak-anakku. Siapa dulu yang mau bercerita?'
-----------------

Selasa, 15 Mei 2012

KISAH RAHASIA DI SEBALIK SHALAT LIMA WAKTU



       Ali bin Abi Talib r.a. berkata,  "Sewaktu Rasullullah SAW duduk bersama para sahabat Muhajirin dan Ansar, maka dengan tiba-tiba datanglah satu rombongan orang-orang Yahudi lalu berkata, 'Ya Muhammad, kami hendak bertanya kepada kamu kalimat-kalimat yang telah diberikan oleh Allah kepada Nabi Musa A.S. yang tidak diberikan kecuali kepada para Nabi utusan Allah atau malaikat muqarrab.'
Lalu Rasullullah SAW bersabda,  'Silahkan bertanya.'

       Berkata orang Yahudi, 'Coba terangkan kepada kami tentang 5 waktu yang diwajibkan oleh Allah ke atas umatmu.'

       Sabda Rasullullah saw,  'Shalat Zuhur jika tergelincir matahari, maka bertasbihlah segala sesuatu kepada Tuhannya. Shalat Asar itu ialah saat ketika Nabi Adam a.s. memakan buah khuldi. Shalat Maghrib itu adalah saat Allah menerima taubat Nabi Adam a.s. Maka setiap mukmin yang bershalat Maghrib dengan ikhlas dan kemudian dia berdoa meminta sesuatu pada Allah maka pasti Allah akan mengkabulkan permintaannya. Shalat Isyak itu ialah shalat yang dikerjakan oleh para Rasul sebelumku. Shalat Subuh adalah sebelum terbit matahari. Ini kerana apabila matahari terbit, terbitnya di antara dua tanduk syaitan dan di situ sujudnya setiap orang kafir.'

       Setelah orang Yahudi mendengar penjelasan dari Rasullullah saw, lalu mereka berkata, 'Memang benar apa yang kamu katakan itu Muhammad. Katakanlah kepada kami apakah pahala yang akan diperoleh oleh orang yang shalat.'

       Rasullullah SAW bersabda, 'Jagalah waktu-waktu shalat terutama shalat yang pertengahan. Shalat Zuhur, pada saat itu nyalanya neraka Jahanam. Orang-orang mukmin yang mengerjakan shalat pada ketika itu akan diharamkan ke atasnya uap api neraka Jahanam pada hari Kiamat.'

       Sabda Rasullullah saw lagi, 'Manakala shalat Asar, adalah saat di mana Nabi Adam a.s. memakan buah khuldi. Orang-orang mukmin yang mengerjakan shalat Asar akan diampunkan dosanya seperti bayi yang baru lahir.'
Selepas itu Rasullullah saw membaca ayat yang bermaksud, 'Jagalah waktu-waktu shalat terutama sekali shalat yang pertengahan. Shalat Maghrib itu adalah saat di mana taubat Nabi Adam a.s. diterima. Seorang mukmin yang ikhlas mengerjakan shalat Maghrib kemudian meminta sesuatu daripada Allah, maka Allah akan perkenankan.'

       Sabda Rasullullah saw,  'Shalat Isya’ (atamah). Katakan kubur itu adalah sangat gelap dan begitu juga pada hari Kiamat, maka seorang mukmin yang berjalan dalam malam yang gelap untuk pergi menunaikan shalat Isyak berjamaah, Allah S.W.T haramkan dirinya daripada terkena nyala api neraka dan diberikan kepadanya cahaya untuk menyeberangi Titian Sirath.'
       Sabda Rasullullah saw seterusnya, 'Shalat Subuh pula, seseorang mukmin yang mengerjakan shalat Subuh selama 40 hari secara berjamaah, diberikan kepadanya oleh Allah S.W.T dua kebebasan iaitu:
1. Dibebaskan daripada api neraka.
2. Dibebaskan dari nifaq.

       Setelah orang Yahudi mendengar penjelasan daripada Rasullullah saw, maka mereka berkata, 'Memang benarlah apa yang kamu katakan itu wahai Muhammad (saw). Kini katakan pula kepada kami semua, kenapakah Allah S.W.T mewajibkan puasa 30 hari ke atas umatmu?'

       Sabda Rasullullah saw, 'Ketika Nabi Adam memakan buah pohon khuldi yang dilarang, lalu makanan itu tersangkut dalam perut Nabi Adam a.s. selama 30 hari. Kemudian Allah S.W.T mewajibkan ke atas keturunan Adam a.s. berlapar selama 30 hari.
Sementara diizin makan di waktu malam itu adalah sebagai kurnia Allah S.W.T kepada makhluk-Nya.'

       Kata orang Yahudi lagi,  'Wahai Muhammad, memang benarlah apa yang kamu katakan itu. Kini terangkan kepada kami mengenai ganjaran pahala yang diperolehi daripada berpuasa itu.'
Sabda Rasullullah saw, 'Seorang hamba yang berpuasa dalam bulan Ramadhan dengan ikhlas kepada Allah S.W.T, dia akan diberikan oleh Allah S.W.T 7 perkara:

1. Akan dicairkan daging haram yang tumbuh dari badannya (daging yang tumbuh daripada makanan yang haram).
2. Rahmat Allah sentiasa dekat dengannya.
3. Diberi oleh Allah sebaik-baik amal.
4. Dijauhkan daripada merasa lapar dan dahaga.
5. Diringankan baginya siksa kubur (siksa yang amat mengerikan).
6. Diberikan cahaya oleh Allah S.W.T pada hari Kiamat untuk menyeberang Titian Sirath.
7. Allah S.W.T akan memberinya kemudian di syurga.'

       Kata orang Yahudi, 'Benar apa yang kamu katakan itu Muhammad. Katakan kepada kami kelebihanmu di antara semua para nabi.'
Sabda Rasullullah saw, 'Seorang nabi menggunakan doa mustajabnya untuk membinasakan umatnya, tetapi saya tetap menyimpankan doa saya (untuk saya gunakan memberi syafaat kepada umat saya di hari kiamat).'
Kata orang Yahudi,  'Benar apa yang kamu katakan itu Muhammad. Kini kami mengakui dengan ucapan Asyhadu Alla illaha illallah, wa annaka Rasulullah (kami percaya bahawa tiada Tuhan melainkan Allah dan engkau utusan Allah).'

       Sedikit peringatan untuk kita semua:  "Dan sesungguhnya akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berilah berita gembira kepada orang-orang yang sabar." (Surah Al-Baqarah: ayat 155)

"Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya." (Surah Al-Baqarah: ayat 286)

Batu dan Bisikan


            Suatu ketika, tersebutlah seorang pengusaha muda dan kaya. Ia baru saja membeli mobil mewah, sebuah Jaguar yang mengkilap. Kini, sang pengusaha, sedang menikmati perjalanannya dengan mobil baru itu. Dengan kecepatan penuh, dipacunya kendaraan itu mengelilingi jalanan tetangga sekitar.
            Di pinggir jalan, tampak beberapa anak yang sedang bermain sambil melempar sesuatu. Namun, karena berjalan terlalu kencang, tak terlalu diperhatikannya anak-anak itu. Tiba-tiba, dia melihat sesuatu yang melintas dari arah mobil-mobil yang di parkir di jalan. Tapi, bukan anak-anak itu yang tampak melintas. Aah..., ternyata, ada sebuah batu yang menimpa Jaguar itu. Sisi pintu mobil itupun koyak, tergores batu yang dilontarkan seseorang.
            Cittt....ditekannya rem mobil kuat-kuat. Dengan geram, di mundurkannya mobil itu menuju tempat arah batu itu di lemparkan. Jaguar yang tergores, bukanlah perkara sepele. Apalagi, kecelakaan itu dilakukan oleh orang lain, begitu pikir sang pengusaha dalam hati. Amarahnya memuncak. Dia pun keluar mobil dengan tergesa-gesa. Di tariknya seorang anak yang paling dekat, dan di pojokkannya anak itu pada sebuah mobil yang diparkir.
            "Apa yang telah kau lakukan!!! Lihat perbuatanmu pada mobil kesayanganku!!" Lihat goresan itu", teriaknya sambil menunjuk goresan di sisi pintu. "Kamu tentu paham, mobil baru semacam itu akan butuh banyak ongkos di bengkel kalau sampai tergores." Ujarnya lagi dengan geram, tampak ingin memukul anak itu.
            Sang anak tampak ketakutan, dan berusaha meminta maaf. "Maaf Pak, Maaf. Saya benar-benar minta maaf. Sebab, saya tidak tahu lagi harus melakukan apa." Air mukanya tampak ngeri, dan tangannya bermohon ampun. "Maaf Pak, aku melemparkan batu itu, karena tak ada seorang pun yang mau berhenti...."
            Dengan air mata yang mulai berjatuhan di pipi dan leher, anak tadi menunjuk ke suatu arah, di dekat mobil-mobil parkir tadi. "Itu disana ada kakakku. Dia tergelincir, dan terjatuh dari kursi roda. Aku tak kuat mengangkatnya, dia terlalu berat. Badannya tak mampu kupapah, dan sekarang dia sedang kesakitan.."
            Kini, ia mulai terisak. Dipandanginya pengusaha tadi. Matanya berharap pada wajah yang mulai tercenung itu. "Maukah Bapak membantuku mengangkatnya ke kursi roda? Tolonglah, kakakku terluka, tapi dia terlalu berat untukku."
            Tak mampu berkata-kata lagi, pengusaha muda itu terdiam. Kerongkongannya tercekat. Ia hanya mampu menelan ludah. Segera, di angkatnya anak yang cacat itu menuju kursi rodanya. Kemudian, diambilnya sapu tangan mahal miliknya, untuk mengusap luka di lutut anak itu. Memar dan tergores, sama seperti sisi pintu Jaguar kesayangannya.
            Setelah beberapa saat, kedua anak itu pun berterima kasih, dan mengatakan bahwa mereka akan baik-baik saja. "Terima kasih, dan semoga Tuhan akan membalas perbuatanmu." Keduanya berjalan beriringan, meninggalkan pengusaha yang masih nanar menatap kepergian mereka. Matanya terus mengikuti langkah sang anak yang mendorong kursi roda itu, melintasi sisi jalan menuju rumah mereka.
            Berbalik arah, pengusaha tadi berjalan sangat perlahan menuju Jaguar miliknya. Disusurinya jalan itu dengan lambat, sambil merenungkan kejadian yang baru saja di lewatinya. Kerusakan yang dialaminya bisa jadi bukanlah hal sepele. Namun, ia memilih untuk tak menghapus goresan itu. Ia memilih untuk membiarkan goresan itu, agar tetap mengingatkannya pada hikmah ini. Ia menginginkan agar pesan itu tetap nyata terlihat: "Janganlah melaju dalam hidupmu terlalu cepat, karena, seseorang akan melemparkan batu untuk menarik perhatianmu."
            Teman, sama halnya dengan kendaraan, hidup kita akan selalu berputar, dan dipacu untuk tetap berjalan. Di setiap sisinya, hidup itu juga akan melintasi berbagai macam hal dan kenyataan. Namun, adakah kita memacu hidup kita dengan cepat, sehingga tak pernah ada masa buat kita untuk menyelaraskannya untuk melihat sekitar?
            Tuhan, akan selalu berbisik dalam jiwa, dan berkata lewat kalbu kita. Kadang, kita memang tak punya waktu untuk mendengar, menyimak, dan menyadari setiap ujaran-Nya. Kita kadang memang terlalu sibuk dengan bermacam urusan, memacu hidup dengan penuh nafsu, hingga terlupa pada banyak hal yang melintas.
            Teman, kadang memang, ada yang akan "melemparkan batu" buat kita agar kita mau dan bisa berhenti sejenak. Semuanya terserah pada kita. Mendengar bisikan-bisikan dan kata-kata-Nya, atau menunggu ada yang melemparkan batu-batu itu buat kita.

DETIK - DETIK TERAKHIR ROSULULLAH S.A.W


Dari Ibnu Mas'ud r. a., bahwasanya dia berkata: "Ketika ajal Rasulullah S.A.W sudah dekat, baginda mengumpulkan kami dirumah Siti Aisyah r. a. Kemudian baginda memandang kami sambil berlinang air matanya, lalu bersabda: Marhaban bikum, semoga Allah memanjangkan umur kamu semua, semoga Allah menyayangi, menolong dan memberikan petunjuk kepada kamu. Aku berwasiat kepada kamu, agar bertakwa kepada Allah. Sesungguhnya aku adalah sebagai pemberi peringatan untuk kamu. Janganlah kamu berlaku sombong terhadap Allah. "

       "Allah berfirman: Kebahagiaan dan kenikmatan di akhirat kami jadikan untuk orang-orang yang tidak ingin menyombongkan dirinya dan membuat kerusakan di muka bumi. Dan kesudahan syurga itu bagi orang-orang yang bertakwa. "

Kemudian kami bertanya: "Bilakah ajal baginda ya Rasulullah?"
Baginda menjawab: "Ajalku telah hampir, dan akan pindah ke hadrat Allah, ke Sidratulmuntaha dan ke Jannatul Makwa serta ke Arsyila. "
Kami bertanya lagi: "Siapakah yang akan memandikan baginda ya Rasulullah?"
Rasulullah menjawab: "Salah seorang ahli bait. "
Kami bertanya: "Bagaimana nanti kami mengafani baginda ya Rasulullah?"
Baginda menjawab: "Dengan bajuku ini atau pakaian Yamaniyah. "
Kami bertanya: "Siapakah yang menyolatkan baginda di antara kami?"
Kami menangis dan Rasulullah S.A.W pun turut menangis.

       Kemudian baginda bersabda: "Tenanglah, semoga Allah mengampuni kamu semua. Apabila kamu semua telah memandikan dan mengafaniku, maka letakanlah aku di atas tempat tidurku, di dalam rumahku ini, di tepi liang kuburku. Kemudian keluarlah kamu semua dari sisiku. Maka yang pertama-tama menyolatkan aku adalah sahabatku Jibril as. Kemudian Mikail, kemudian Israfil kemudian Malaikat Izrail (Malaikat Maut) beserta bala tentaranya. Kemudian masuklah anda dengan sebaik-baiknya. Dan hendaklah yang pertama solat adalah kaum lelaki dari pihak keluargaku, kemudian yang wanita-wanitanya, dan kemudian kamu semua. "

SEMAKIN PARAH:
       Semenjak hari itu, Rasulullah S.A.W bertambahparah sakit yang ditanggungnya selama 18 hari. Setiap hari, banyak yang mengunjungi baginda, sampailah datangnya hari Senin, disaat baginda menghembuskan nafasnya yang terakhir.

       Sehari menjelang baginda wafat yaitu pada hari Ahad, penyakit baginda semakin bertambah serius. Pada hari itu, setelah Bilal bin Rabah selesai mengumandangkan azannya, dia berdiri di depan pintu rumah Rasulullah, kemudian memberi salam:
"Assalamualaikum ya Rasulullah?"
Kemudian dia berkata lagi: "Assolah yarhamukallah. "
Fatimah menjawab: "Rasulullah dalam keadaan sakit. "
Maka kembalilah Bilal ke dalam masjid. Ketika bumi terang disinari matahari siang, maka Bilal datang lagi ke tempat Rasulullah, lalu dia berkata seperti perkataan yang tadi. Kemudian Rasulullah memanggilnya dan menyuruh dia masuk. Setelah Bilal bin Rabah masuk, Rasulullah S.A.W bersabda:

       "Saya sekarang berada dalam keadaan sakit. Wahai Bilal, kamu perintahkan saja agar Abu Bakar menjadi imam dalam solat. "Maka keluarlah Bilal sambil meletakkan tangan di atas kepalanya sambil berkata: "Aduhai, alangkah baiknya bila aku tidak dilahirkan ibuku?"
Kemudian dia memasuki masjid dan memberitahu Abu Bakar agar beliau menjadi imam dalam solat tersebut.

       Ketika Abu Bakar r. a. melihat ke tempat Rasulullah S.A.W yang kosong, sebagai seorang lelaki yang lemah lembut, dia tidak dapat menahan perasaannya lagi, lalu dia menjerit dan akhirnya dia pingsan. Orang-orang yang berada di dalam masjid menjadi bising sehingga terdengar oleh Rasulullah S.A.W.

Baginda bertanya: "Wahai Fatimah, suara apakah yang bising itu?"
Siti Fatimah menjawab: "Orang-orang menjadi bising dan bingung karena Rasulullah S.A.W tidak bersama mereka. "
Kemudian Rasulullah S.A.W memanggil Ali bin Abi Talib dan Abbas r. a. Sambil dibimbing oleh mereka berdua, maka baginda berjalan menuju ke masjid.
Baginda solat dua rakaat. Setelah itu baginda melihat kepada orang ramai dan bersabda:

       "Ya ma aasyiral Muslimin, kamu semua berada dalam pemeliharaan dan perlindungan Allah. Sesungguhnya Dia adalah penggantiku atas kamu semua, setelah aku tiada. Aku berwasiat kepada kamu semua agar bertakwa kepada Allah SWT karena aku akan meninggalkan dunia yang fana ini. Hari ini adalah hari pertamaku memasuki alam akhirat, dan sebagai hari terakhirku berada di alam dunia ini. "

MALAIKAT MAUT DATANG BERTAMU:
       Pada hari esoknya yaitu pada hari Senin, Allah mewahyukan kepada Malaikat Maut supaya dia turun menemui Rasulullah S.A.W dengan berpakaian sebaik-baiknya. Dan Allah menyuruh Malaikat Maut mencabut nyawa Rasulullah S.A.W dengan lemah lembut. Seandainya Rasulullah menyuruhnya masuk, maka dia dibolehkan masuk.
Tetapi jika Rasulullah S.A.W tidak mengizinkannya, dia tidak boleh masuk dan hendaklah dia kembali saja.

       Maka turunlah Malaikat Maut untuk menunaikan perintah Allah SWT. Dia menyamar sebagai orang biasa. Setelah sampai di depan pintu tempat kediaman Rasulullah S.A.W, Malaikat Maut itupun berkata: "Assalamualaikum wahai ahli rumah kenabian, sumber wahyu dan risalah!"
       Fatimah pun keluar menemuinya dan berkata kepada tamunya itu: "Wahai Abdullah (hamba Allah), Rasulullah sekarang dalam keadaan sakit. "
Kemudian Malaikat Maut itu memberi salam lagi: "Assalamualaikum, bolehkah saya masuk?"
Akhirnya Rasulullah S.A.W mendengar suara Malaikat Maut itu, lalu baginda bertanya kepada puterinya Fatimah: "Siapakah yang ada di muka pintu itu?"
Fatimah menjawab: "Seorang lelaki memanggil baginda. Saya katakan kepadanya bahwa baginda dalam keadaan sakit. Kemudian dia memanggil sekali lagi dengan suara yang menggetarkan sukma. "
Rasulullah S.A.W bersabda: "Tahukah kamu siapakah dia?"
Fatimah menjawab: "Tidak wahai baginda. "

       Lalu Rasulullah S.A.W menjelaskan: "Wahai Fatimah, dia adalah pengusir kelezatan, pemutus keinginan, pemisah jemaah dan yang meramaikan kubur.
Kemudian Rasulullah S.A.W bersabda: "Masuklah, wahai Malaikat Maut. "
Maka masuklah Malaikat Maut itu sambil mengucapkan: "Assalamualaika ya Rasulullah. "

       Rasulullah S.A.W pun menjawab: "Waalaikassalam ya Malaikat Maut. Engkau datang untuk berziarah atau untuk mencabut nyawaku?"
Malaikat Maut menjawab: "Saya datang untuk ziarah sekaligus mencabut nyawa. Jika tuan izinkan akan saya lakukan. Jika tidak, saya akan pulang. "

       Rasulullah S.A.W bertanya: "Wahai Malaikat Maut, di mana engkau tinggalkan kecintaanku Jibril?"
Jawab Malaikat Maut: "Saya tinggal dia di langit dunia. "
Baru saja Malaikat Maut selesai bicara, tiba-tiba Jibril a. s. datang lalu duduk di samping Rasulullah S.A.W. Maka bersabdalah Rasulullah S.A.W: "Wahai Jibril, tidakkah engkau mengetahui bahwa ajalku telah dekat?"
Jibril menjawab: "Ya, wahai kekasih Allah. "

KETIKA SAKARATUL MAUT:
       Seterusnya Rasulullah S.A.W bersabda: "Beritahu kepadaku wahai Jibril, apakah yang telah disediakan Allah untukku di sisinya?"
Jibril pun menjawab: "Bahwasanya pintu-pintu langit telah dibuka, sedangkan malaikat-malaikat telah berbaris untuk menyambut rohmu. "

       Baginda S.A.W bersabda: "Segala puji dan syukur bagi Tuhanku. Wahai Jibril, apa lagi yang telah disediakan Allah untukku?"
Jibril menjawab lagi: "Bahwasanya pintu-pintu Syurga telah dibuka, dan bidadari-bidadari telah berhias, sungai-sungai telah mengalir, dan buah-buahnya telah ranum, semuanya menanti kedatangan rohmu. "

       Baginda S.A.W bersabda lagi: "Segala puji dan syukur untuk Tuhanku. Beritahu lagi wahai Jibril, apa lagi yang disediakan Allah untukku?"
Jibril menjawab: "Aku memberikan berita gembira untuk tuan. Tuanlah yang pertama-tama diizinkan sebagai pemberi syafaat pada hari kiamat nanti. "

       Kemudian Rasulullah S.A.W bersabda: "Segala puji dan syukur aku panjatkan untuk Tuhanku. Wahai Jibril beritahu kepadaku lagi tentang kabar yang menggembirakan aku. "
Jibril a. s. bertanya: "Wahai kekasih Allah, apa sebenarnya yang ingin tuan tanyakan?"
Rasulullah S.A.W menjawab: "Tentang kegelisahanku. Apakah yang akan diperoleh oleh orang-orang yang membaca Al-Quran sesudahku? Apakah yang akan diperoleh orang-orang yang berpuasa pada bulan Ramadhan sesudahku? Apakah yang akan diperoleh orang-orang yang berziarah ke Baitul Haram sesudahku?"
Jibril menjawab: "Saya membawa kabar gembira untuk baginda. Sesungguhnya Allah telah berfirman: Aku telah mengharamkan Syurga bagi semua Nabi dan umat, sampai engkau dan umatmu memasukinya terlebih dahulu. "
Maka berkatalah Rasulullah S.A.W: "Sekarang, tenanglah hati dan perasaanku. Wahai Malaikat Maut dekatlah kepadaku. "
Lalu Malaikat Maut pun mendekati Rasulullah S.A.W

       Ali r. a. bertanya: "Wahai Rasulullah S.A.W, siapakah yang akan memandikan baginda dan siapakah yang akan mengafaninya?"
Rasulullah menjawab: "Adapun yang memandikan aku adalah engkau wahai Ali, sedangkan Ibnu Abbas menyiramkan airnya dan Jibril akan membawa hanuth (minyak wangi) dari dalam Syurga. "

       Kemudian Malaikat Maut pun mulai mencabut nyawa Rasulullah S.A.W. Ketika roh baginda sampai di pusat perut, baginda berkata: "Wahai Jibril, alangkah pedihnya maut. "
Mendengar ucapan Rasulullah itu, Jibril a. s. memalingkan mukanya. Lalu Rasulullah S.A.W bertanya: "Wahai Jibril, apakah engkau tidak suka memandang mukaku?"
Jibril menjawab: "Wahai kekasih Allah, siapakah yang sanggup melihat muka baginda, sedangkan baginda sedang merasakan sakitnya maut?" Akhirnya roh yang mulia itupun meninggalkan jasad Rasulullah S.A.W.

KESEDIHAN SAHABAT:
       Berkata Anas r. a. : "Ketika aku lalu di depan pintu rumah Aisyah r. a., aku terdengar dia sedang menangis sambil mengatakan: Wahai orang-orang yang tidak pernah memakai sutera, wahai orang-orang yang keluar dari dunia dengan perut yang tidak pernah kenyang dari gandum, wahai orang-orang yang telah memilih tikar daripada singgahsana, wahai orang-orang yang jarang tidur diwaktu malam karena takut Neraka Sa'ir. "

       Dikisahkan dari Said bin Ziyad dari Khalid bin Saad, bahwasanya Muaz bin Jabal r. a. telah berkata: "Rasulullah S.A.W telah mengutusku ke Negeri Yaman untuk memberikan pelajaran agama di sana. Maka tinggallah aku di sana selama 12 tahun. Pada satu malam aku bermimpi dikunjungi oleh seseorang. Kemudian orang itu berkata kepadaku: Apakah anda masih terlena tidur juga wahai Muaz, padahal Rasulullah S.A.W telah berada di dalam tanah?" Muaz terbangun dari tidur dengan rasa takut, lalu dia mengucapkan: "A'uzubillahi minasy syaitannir rajim. " Lalu setelah itu dia mengerjakan solat. Pada malam selanjutnya, dia bermimpi seperti mimpi malam yang pertama.
Muaz berkata: "Kalau seperti ini, bukanlah dari syaitan. "

       Kemudian dia memekik sekuat-kuatnya, sehingga didengar sebagian penduduk Yaman.
Pada keesokan harinya, orang ramai berkumpul lalu Muaz berkata kepada mereka: "Malam tadi dan malam sebelumnya saya bermimpi yang sukar untuk difahami. Dahulu, bila Rasulullah S.A.W bermimpi yang sukar difahami, baginda membuka Mushaf (al-Quran). Maka berikanlah Mushaf kepadaku. "

       Setelah Muaz menerima Mushaf, lalu dibukanya. Maka nampaklah firman Allah yang artinya:
"Sesungguhnya kamu akan mati dan sesungguhnya mereka akan mati pula. " (Surah Az-Zumar: ayat 30)
Maka menjeritlah Muaz, sehingga dia tidak sadarkan diri. Setelah dia sadar kembali, dia membuka Mushaf lagi dan dia nampak firman Allah yang berbunyi: "Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang rasul, sungguh telah berlalu sebelumnya beberapa orang rasul. Apakah jika dia wafat atau dibunuh kamu akan berbalik ke belakang (murtad)? Barang siapa yang berbalik ke belakang, maka dia tidak dapat mendatangkan mudharat kepada orang-orang yang bersyukur?" (Surah Al-lmran: ayat 144)

       Maka Muaz pun menjerit lagi: "Aduhai Abal-Qassim. Aduhai Muhammad. "
Kemudian dia keluar meninggalkan Negeri Yaman menuju ke Madinah. Ketika dia akan meninggalkan penduduk Yaman, dia berkata: "Seandainya apa yang ku lihat ini benar, maka akan meranalah para janda, anak-anak yatim dan orang-orang miskin, dan kita akan menjadi seperti biri-biri yang tidak ada pengembala. "

       Kemudian dia berkata: "Aduhai, sedihnya berpisah dengan Nabi Muhammad S.A.W. " Lalu dia pun pergi meninggalkan mereka. Di saat dia berada pada jarak lebih kurang tiga hari perjalanan dari Kota Madinah, tiba-tiba terdengar olehnya suara halus dari tengah-tengah lembah yang mengucapkan firman Allah yang artinya: "Setiap yang bernyawa pasti akan merasakan mati. "

       Lalu Muaz mendekati sumber suara itu. Setelah berjumpa, Muaz bertanya kepada orang tersebut: "Bagaimana khabar Rasulullah S.A.W?"
Orang tersebut menjawab: "Wahai Muaz, sesungguhnya Muhammad S.A.W telah meninggal dunia. "
Mendengar ucapan itu, Muaz terjatuh dan tak sadarkan diri. Lalu orang itu menyadarkannya. Dia memanggil Muaz: "Wahai Muaz, sadarlah dan bangunlah. "

       Setelah Muaz sadar kembali, orang tersebut lalu menyerahkan sepucuk surat untuknya yang berasal dari Abu Bakar As-siddiq, dengan cop dari Rasulullah S.A.W.
       Tatkala Muaz melihatnya, dia lalu mencium cop tersebut dan diletakkan di matanya. Kemudian dia menangis tersedu-sedu.

       Setelah puas dia menangis, dia pun melanjutkan perjalanannya menuju Kota Madinah.
Muaz sampai di Kota Madinah pada waktu fajar menyingsing. Didengarnya Bilal sedang mengumandangkan azan Subuh. Bilal mengucapkan: "Asyhadu Allaa Ilaaha Illallah?"
Muaz menyambungnya: "Wa Asyhadu Anna Muhammadur Rasulullah. "
Kemudian dia menangis dan akhirnya dia jatuh dan tak sadarkan diri lagi. Pada saat itu, di samping Bilal bin Rabah ada Salman Al-Farisy r. a. lalu dia berkata kepada Bilal: "Wahai Bilal, sebutkanlah nama Muhammad dengan suara yang kuat
dekatnya. Dia adalah Muaz yang sedang pingsan. " Setelah Bilal selesai azan, dia mendekati Muaz, lalu dia berkata: "Assalamualaika, angkatlah kepalamu wahai Muaz, aku telah mendengar dari Rasulullah S.A.W, baginda bersabda: Sampaikanlah salamku kepada Muaz. " Maka Muaz pun mengangkatkan kepalanya sambil menjerit dengan suara keras, sehingga orang-orang menyangka bahwa dia telah menghembuskan nafas yang terakhir.

       Kemudian dia berkata: "Demi ayah dan ibuku, siapakah yang mengingatkan aku pada baginda, ketika baginda akan meninggalkan dunia yang fana ini, wahai Bilal? Marilah kita pergi ke rumah isteri baginda Siti Aisyah r. a. " Setelah sampai di depan pintu rumah Siti Aisyah, Muaz mengucapkan: "Assalamualaikum ya ahlil bait, wa rahmatullahi wa barakatuh. " Yang keluar ketika itu adalah Raihanah, dia berkata: "Aisyah sedang pergi ke rumah Siti Fatimah. "

       Kemudian Muaz menuju ke rumah Siti Fatimah dan mengucapkan: "Assalamualaikum ya ahlil bait. "
Siti Fatimah menyambut salam tersebut, kemudian dia berkata: "Rasulullah S.A.W bersabda: Orang yang paling alim di antara kamu tentang perkara halal dan haram adalah Muaz bin Jabal. Dia adalah kekasih Rasulullah S.A.W. "
Kemudian Fatimah berkata lagi: "Masuklah wahai Muaz. "
Ketika Muaz melihat Siti Fatimah dan Aisyah r. a., dia terus pingsan dan tak sadarkan diri. Setelah dia sadar, Fatimah lalu berkata kepadanya: "Saya mendengar Rasulullah S.A.W bersabda: Sampaikanlah salam saya kepada Muaz dan kabarkan kepadanya bahwasanya dia kelak dihari kiamat sebagai imam ulama. "
Kemudian Muaz bin Jabal keluar dari rumah Siti Fatimah menuju ke arah kubur Rasulullah S.A.W.