Selasa, 13 Januari 2015

Kisah Nabi Ayyub a.s


ﺑﺴﻢ ﺍﻟﻠﻪ ﺍﻟﺮﺣﻤﻦ ﺍﻟﺮﺣﻴﻢ
Nabi Ayyub ‘alaihis salam adalah seorang nabi yang mulia yang nasabnya sampai kepada Nabi Ibrahim ‘alaihis salam. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
ﻭَﻣِﻦ ﺫُﺭِّﻳَﺘِﻪِ ﺩَﺍﻭُﺩَ ﻭَﺳُﻠَﻴْﻤَﺎﻥَ ﻭَﺃَﻳُّﻮﺏَ ﻭَﻳُﻮﺳُﻒَ
ﻭَﻣُﻮﺳَﻰ ﻭَﻫَﺎﺭُﻭﻥَ ﻭَﻛَﺬَﻟِﻚَ ﻧَﺠْﺰِﻱ ﺍﻟْﻤُﺤْﺴِﻨِﻴﻦَ
“Dan kepada sebagian dari keturunannya (Ibrahim)
Yaitu Dawud, Sulaiman, Ayyub, Yusuf, Musa dan
Harun. Demikianlah Kami memberi balasan kepada
orang-orang yang berbuat baik. ” (QS. Al An’aam: 84)
Sebelumnya Nabi Ayyub memiliki harta yang banyak
dengan bermacam jenisnya, seperti: hewan ternak,
budak, dan tanah. Ia juga memiliki istri yang saleh
dan keturunan yang baik. Allah Subhanahu wa
Ta’ala ingin mengujinya, dan Allah apabila mencintai
suatu kaum, maka Dia menguji mereka, barangsiapa
yang ridha dengan ujian tersebut, maka dia
mendapatkan keridhaan-Nya dan barangsiapa yang
marah terhadap ujian tersebut, maka dia
mendapatkan kemurkaan-Nya (sebagaimana dalam
hadis yang diriwayatkan oleh Tirmidzi dan Ibnu
Majah, dihasankan oleh Syaikh Al Albani dalam
Shahihul Jami’ no. 2110).
Ayyub adalah orang yang sabar dalam menghadapi
ujian tersebut, hartanya yang banyak habis, anak-
anaknya meninggal dunia, semua ternaknya binasa,
dan Nabi Ayyub ‘alaihis salam sendiri menderita
penyakit yang sangat berat, tidak ada satu pun dari
anggota badannya kecuali terkena penyakit selain
hati dan lisannya yang ia gunakan untuk berdzikir
kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Dalam menghadapi musibah itu, ia tetap bersabar
dan mengharap pahala, serta berdzikir di malam dan
siang, pagi dan petang.
Hari pun berlalu, namun tidaklah berlalu hari itu
kecuali penderitaan Ayyub semakin berat, dan saat
penderitaan yang dialaminya semakin berat, maka
kerabatnya menjauhinya, demikian pula kawan-
kawannya, tinggallah istrinya yang sabar
mengurusnya dan memenuhi haknya. Istrinya terus
mengurusnya, dan memenuhi keperluannya, sampai
ia rela bekerja dengan upah tidak seberapa untuk
menafkahi suaminya.
Ayyub terus merasakan sakitnya, namun ia tetap
sabar sambil mengharap pahala dari Allah
Subhanahu wa Ta’ala, memuji-Nya dan bersyukur
kepada-Nya, sehingga jadilah Ayyub sebagai imam
dan teladan dalam kesabaran.
Abu Ya’la dan Al Bazzar meriwayatkan dari Anas bin
Malik, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda,
‏«ﺇِﻥَّ ﻧَﺒِﻲَّ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﺃَﻳُّﻮﺏَ ﻛَﺎﻥَ ﻓِﻲ ﺑَﻠَﺎﺋِﻪِ ﺛَﻤَﺎﻧِﻲَ
ﻋَﺸْﺮَﺓَ ﺳَﻨَﺔً، ﻓَﺮَﻓَﻀَﻪُ ﺍﻟْﻘَﺮِﻳﺐُ ﻭَﺍﻟْﺒَﻌِﻴﺪُ ﺇِﻟَّﺎ
ﺭَﺟُﻠَﺎﻥِ ﻣِﻦْ ﺇِﺧْﻮَﺍﻧِﻪِ، ﻛَﺎﻧَﺎ ﻣِﻦْ ﺃَﺧَﺺِّ ﺇِﺧْﻮَﺍﻧِﻪِ
ﻛَﺎﻧَﺎ ﻳَﻐْﺪُﻭَﺍﻥِ ﺇِﻟَﻴْﻪِ ﻭَﻳَﺮُﻭﺣَﺎﻥِ ﺇِﻟَﻴْﻪِ، ﻓَﻘَﺎﻝَ
ﺃَﺣَﺪُﻫُﻤَﺎ ﻟِﺼَﺎﺣِﺒِﻪِ: ﺗَﻌْﻠَﻢُ ﻭَﺍﻟﻠَّﻪِ ﻟَﻘَﺪْ ﺃَﺫْﻧَﺐَ
ﺃَﻳُّﻮﺏُ ﺫَﻧْﺒًﺎ ﻣَﺎ ﺃَﺫَﻧَﺒَﻪُ ﺃَﺣَﺪٌ. ﻗَﺎﻝَ ﺻَﺎﺣِﺒُﻪُ: ﻭَﻣَﺎ
ﺫَﺍﻙَ؟ ﻗَﺎﻝَ: ﻣُﻨْﺬُ ﺛَﻤَﺎﻧِﻲَ ﻋَﺸْﺮَﺓَ ﺳَﻨَﺔً ﻟَﻢْ
ﻳَﺮْﺣَﻤْﻪُ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﻓَﻴَﻜْﺸِﻒُ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﻋَﻨْﻪُ. ﻓَﻠَﻤَّﺎ ﺭَﺍﺣَﺎ
ﺇِﻟَﻴْﻪِ، ﻟَﻢْ ﻳَﺼْﺒِﺮِ ﺍﻟﺮَّﺟُﻞُ ﺣَﺘَّﻰ ﺫَﻛَﺮَ ﺫَﻟِﻚَ ﻟَﻪُ،
ﻗَﺎﻝَ ﺃَﻳُّﻮﺏُ: ﻣَﺎ ﺃَﺩْﺭِﻱ ﻣَﺎ ﺗَﻘُﻮﻝُ، ﺇِﻟَّﺎ ﺃَﻥَّ ﺍﻟﻠَّﻪَ
ﻳَﻌْﻠَﻢُ ﺃَﻧِّﻲ ﻛُﻨْﺖُ ﺃَﻣُﺮُّ ﻋَﻠَﻰ ﺍﻟﺮَّﺟُﻠَﻴْﻦِ ﻳَﺘَﻨَﺎﺯَﻋَﺎﻥِ
ﻓَﻴَﺬْﻛُﺮَﺍﻥِ ﺍﻟﻠَّﻪَ، ﻓَﺄَﺭْﺟِﻊُ ﺇِﻟَﻰ ﺑَﻴْﺘِﻲ ﻓَﺄُﻛَﻔِّﺮُ
ﻋَﻨْﻬُﻤَﺎ، ﻛَﺮَﺍﻫِﻴَﺔَ ﺃَﻥْ ﻳُﺬْﻛَﺮَ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﺇِﻟَّﺎ ﻓِﻲ ﺣَﻖٍّ.
ﻗَﺎﻝَ: ﻭَﻛَﺎﻥَ ﻳَﺨْﺮُﺝُ ﺇِﻟَﻰ ﺣَﺎﺟَﺘِﻪِ، ﻓَﺈِﺫَﺍ ﻗَﻀَﻰ
ﺣَﺎﺟَﺘَﻪُ ﺃَﻣْﺴَﻜَﺖِ ﺍﻣْﺮَﺃَﺗُﻪُ ﺑِﻴَﺪِﻩِ ﺣَﺘَّﻰ ﻳَﺒْﻠُﻎَ،
ﻓَﻠَﻤَّﺎ ﻛَﺎﻥَ ﺫَﺍﺕَ ﻳَﻮْﻡٍ ﺃَﺑْﻄَﺄَ ﻋَﻠَﻴْﻬَﺎ، ﻭَﺃُﻭﺣِﻲَ ﺇِﻟَﻰ
ﺃَﻳُّﻮﺏَ ﻓِﻲ ﻣَﻜَﺎﻧِﻪِ ﺃَﻥِ } ﺍﺭْﻛُﺾْ ﺑِﺮِﺟْﻠِﻚَ ﻫَﺬَﺍ
ﻣُﻐْﺘَﺴَﻞٌ ﺑَﺎﺭِﺩٌ ﻭَﺷَﺮَﺍﺏٌ { ‏[ ﺹ42 :‏] ﻓَﺎﺳْﺘَﺒْﻄَﺄَﺗْﻪُ
ﻓَﺘَﻠَﻘَّﺘْﻪُ ﻳَﻨْﺘَﻈِﺮُﻭﺍ، ﻭَﺃَﻗْﺒَﻞَ ﻋَﻠَﻴْﻬَﺎ ﻗَﺪْ ﺃَﺫْﻫَﺐَ
ﺍﻟﻠَّﻪُ ﻣَﺎ ﺑِﻪِ ﻣِﻦَ ﺍﻟْﺒَﻠَﺎﺀِ ﻭَﻫُﻮَ ﻋَﻠَﻰ ﺃَﺣْﺴَﻦِ ﻣَﺎ
ﻛَﺎﻥَ، ﻓَﻠَﻤَّﺎ ﺭَﺃَﺗْﻪُ ﻗَﺎﻟَﺖْ: ﺃَﻱْ ﺑَﺎﺭَﻙَ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﻓِﻴﻚَ،
ﻫَﻞْ ﺭَﺃَﻳْﺖَ ﻧَﺒِﻲَّ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﻫَﺬَﺍ ﺍﻟْﻤُﺒْﺘَﻠَﻰ؟ ﻭَﻭَﺍﻟﻠَّﻪِ
ﻋَﻠَﻰ ﺫَﻟِﻚَ ﻣَﺎ ﺭَﺃَﻳْﺖُ ﺃَﺣَﺪًﺍ ﺃَﺷْﺒَﻪَ ﺑِﻪِ ﻣُﺬْ ﻛَﺎﻥَ
ﺻَﺤِﻴﺤًﺎ ﻣِﻨْﻚَ. ﻗَﺎﻝَ: ﻓَﺈِﻧِّﻲ ﺃَﻧَﺎ ﻫُﻮَ. ﻭَﻛَﺎﻥَ ﻟَﻪُ
ﺃَﻧْﺪَﺭَﺍﻥِ: ﺃَﻧْﺪَﺭُ ﻟِﻠْﻘَﻤْﺢِ ﻭَﺃَﻧْﺪَﺭُ ﻟِﻠﺸَّﻌِﻴﺮِ، ﻓَﺒَﻌَﺚَ
ﺍﻟﻠَّﻪُ ﺳَﺤَﺎﺑَﺘَﻴْﻦِ، ﻓَﻠَﻤَّﺎ ﻛَﺎﻧَﺖْ ﺇِﺣْﺪَﺍﻫُﻤَﺎ ﻋَﻠَﻰ
ﺃَﻧْﺪَﺭِ ﺍﻟْﻘَﻤْﺢِ ﻓَﺮَّﻏَﺖْ ﻓِﻴﻪِ ﺍﻟﺬَّﻫَﺐَ ﺣَﺘَّﻰ ﻓَﺎﺽَ،
ﻭَﺃَﻓْﺮَﻏَﺖِ ﺍﻟْﺄُﺧْﺮَﻯ ﻋَﻠَﻰ ﺃَﻧْﺪَﺭِ ﺍﻟﺸَّﻌِﻴﺮِ ﺍﻟْﻮَﺭِﻕَ
ﺣَﺘَّﻰ ﻓَﺎﺽَ‏» .“ ‏(ﻗﺎﻝ ﺍﻟﻬﻴﺜﻤﻲ: ﺭَﻭَﺍﻩُ ﺃَﺑُﻮ
ﻳَﻌْﻠَﻰ ﻭَﺍﻟْﺒَﺰَّﺍﺭُ، ﻭَﺭِﺟَﺎﻝُ ﺍﻟْﺒَﺰَّﺍﺭِ ﺭِﺟَﺎﻝُ
ﺍﻟﺼَّﺤِﻴﺢِ ‏).
“Sesungguhnya Nabi Allah Ayyub mendapat cobaan
selama delapan belas tahun, sehingga orang dekat
dan jauhnya menjauhinya selain dua orang saudara
akrabnya yang sering menjenguk di pagi dan sore.
Lalu salah satunya berkata kepada yang lain,
“Engkau tahu, demi Allah, dia telah melakukan dosa
yang belum pernah dilakukan oleh seorang pun.”
Kawannya berkata, “Dosa apa itu?” Ia menjawab,
“Sudah delapan belas tahun Allah tidak
merahmatinya dengan menghilangkan cobaan itu.”
Saat keduanya menjenguknya di sore hari, maka
salah satunya tidak sabar sehingga menyampaikan
masalah itu kepadanya. Ayyub berkata, “Aku tidak
tahu apa yang kamu katakan, hanya saja Allah
mengetahui bahwa aku pernah melewati dua orang
laki-laki yang bertengkar, lalu keduanya menyebut
nama Allah, kemudian aku pulang ke rumahku dan
membayarkan kaffarat untuk keduanya karena aku
tidak suka kedua orang itu menyebut nama Allah
untuk yang tidak hak.”
Beliau juga bersabda, “Nabi Ayyub keluar jika hendak
buang hajat. Apabila ia telah selesai buang hajat,
maka istrinya menuntunnya sampai ke tempat buang
hajat. Suatu hari Nabi Ayyub terlambat dari istrinya,
dan diwahyukan kepada Nabi Ayyub di tempatnya,
“Hantamkanlah kakimu, inilah air yang sejuk untuk
mandi dan untuk minum.” (QS. Shaad: 42)
Istrinya menunggunya cukup lama, dia menjumpai
Ayyub sambil memperhatikannya sedang berjalan ke
arahnya, sementara Allah telah menghilangkan
penyakitnya, dan Nabi Ayyub dalam keadaan lebih
tampan daripada sebelumnya. Saat istrinya melihat,
istrinya langsung berkata, “Semoga Allah
memberkahimu, apakah engkau melihat Nabi Allah
yang sedang diuji ini? Demi Allah, aku tidak melihat
seorang pun yang lebih mirip ketika sehat daripada
kamu?” Ayyub menjawab, “Akulah orangnya.”
Ayyub memiliki dua tumpukan gandum, yang satu
untuk gandum dan yang satu lagi untuk jewawut,
lalu Allah mengirimkan dua awan. Saat salah satu
dari awan itu berada di atas tumpukan gandum,
awan itu menumpahkan emas sehingga melimpah
ruah, sedangkan awan yang satu lagi menumpahkan
perak ke tumpukan jewawut sehingga melimpah
ruah.” (Al Haitsamiy berkata, “Diriwayatkan oleh Abu
Ya’la dan Al Bazzar. Para perawi Al Bazzar adalah
para perawi hadis shahih.” Hadis ini juga
dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Ash
Shahiihah, 1:25)
Nabi Ayyub Sembuh dari Sakit
Setelah berlalu sekian lama, yaitu delapan belas
tahun seperti yang diterangkan dalam hadis di atas,
maka Ayyub memohon kepada Tuhannya agar
menghilangkan derita yang menimpanya, ia berkata,
ﻭَﺃَﻳُّﻮﺏَ ﺇِﺫْ ﻧَﺎﺩَﻯ ﺭَﺑَّﻪُ ﺃَﻧِّﻲ ﻣَﺴَّﻨِﻲَ ﺍﻟﻀُّﺮُّ ﻭَﺃَﻧﺖَ
ﺃَﺭْﺣَﻢُ ﺍﻟﺮَّﺍﺣِﻤِﻴﻦَ
“(Ya Tuhanku), Sesungguhnya aku telah ditimpa
penyakit dan Engkau adalah Tuhan yang Maha
Penyayang di antara semua Penyayang.” (QS. Al
Anbiyaa': 83)
Maka Allah mewahyukan kepada Ayyub agar
menghentakkan kakinya ke tanah, lalu Ayyub
melakukannya, tiba-tiba memancarlah air yang sejuk,
kemudian ia mandi daripadanya, lalu Ayyub sembuh
dengan izin Allah ‘Azza wa Jalla. Tidak ada satu
pun luka dan penyakit yang dirasakannya kecuali
sembuh seluruhnya, ia juga meminum air itu,
sehingga tidak ada satu penyakit yang ada dalam
tubuhnya kecuali keluar dan dirinya kembali sehat
seperti sebelumnya sebagai orang yang rupawan.
Allah Subhanahu wa Ta’ala telah menghilangkan
penyakit yang menimpa Ayyub dan jasadnya kembali
sehat, Dia juga memberikan kekayaan lagi
kepadanya, mengembalikan harta dan anaknya. Allah
Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
ﻭَﺀَﺍﺗَﻴْﻨَﺎﻩُ ﺃَﻫْﻠَﻪُ ﻭَﻣِﺜْﻠَﻬُﻢ ﻣَّﻌَﻬُﻢْ ﺭَﺣْﻤَﺔً ﻣِّﻦْ
ﻋِﻨﺪِﻧَﺎ ﻭَﺫِﻛْﺮَﻯ ﻟِﻠْﻌَﺎﺑِﺪِﻳﻦَ
“Dan Kami kembalikan keluarganya kepadanya, dan
Kami lipatgandakan bilangan mereka, sebagai suatu
rahmat dari sisi Kami dan untuk menjadi peringatan
bagi semua yang menyembah Allah.” (QS. Al
Anbiyaa': 84)
Demikianlah, Allah Subhanahu wa Ta’ala menjadikan
Ayyub sebagai teladan dalam kesabaran yang patut
ditiru.
Selesai dengan pertolongan Allah dan taufiq-Nya, wa
shallallahu ‘alaa nabiyyinaa Muhammad wa ‘alaa
aalihi wa shahbihi wa sallam.
Oleh: Marwan bin Musa
Maraaji’:
Al Qur’anul Karim
Hidayatul Insan bitafsiril Qur’an (Abu Yahya
Marwan)
Mausu’ah Al Usrah Al Muslimah (dari situs
www.islam.aljayyash.net)
Shahih Qashashil Anbiya’ (Ibnu Katsir, takhrij
Syaikh Salim Al Hilaaliy)
dll.
Artikel www.KisahMuslim.com